bencana lagi.. lagi bencana

0 comments
Entah.. apakah ini feeling atau apa..
yang jelas.. 2 hari sebelum gempa bumi yang menjadi bencana di bumi Jogja dan klaten.. aku merasa harus segera pulang.
saat pertemuan dengan kawan KPJ (kelompok pengamen jalanan) untuk mendiskusikan rencana hari lingkungan, perasaan ini telah sampai di Jogja. Sekalipun keputusan pertemuan akan dilanjutkan minggu malam, aku sangat akan tetap pulang Jogja, sekalipun hanya satu hari... Ya.. sabtu pagi ke Jogja dan minggu sore harus kembali ada di Jakarta untuk melanjutkan pertemuan teknis.
Waktu memang sangat mefet untuk menggelar kegiatan yang spektakuler memperingati hari lingkungan dengan mengumpulkan 100 seniman lukis untuk berekpresi tentang bencana ekologis.

pagi buta, aku udah berangkat ke bandara. setelah ceck in bergegas menuju ruang tunggu..
Pesawat ditunda karena di Jogja ada gempa bumi.
Akh.. itu sih bisa.. gumam ku dalam hati. karena memang dari sumatra sampai papua merupakan daerah gempa. hanya kalimantan yang aman dari gempa dan tsunami.
Pengumuman berikutnya adalah... kemungkinan tidak tidak bisa mendarat di Jogja karena bandara ditutup.

Duk.. mendadak terasa sesak dada ini dan mungkin beberapa saat jantung ini berhenti berdetak. Jika bandara sampe tidak beroperasi, berarti bukan gempa vulkanik. Harap maklum.. saat itu memang merapi lagi berulah.. bikin repot seluruh pejabat. ampe presiden tidur di tenda pengungsi (tapi tentu dengan fasiltias bintang 2 dong.. tanpa ac karena emang di Magelang udah dingin)

aku coba hubungi keluargaku.. tidak bisa tersambung. Penumpang yang dapat berkomunikasi langsung dengan kerabat atau keluarganya di jogja tampak panik. Banyak rumah yang retak.. bahkan roboh.
tiba-tiba Hp ku berdering.. dari sang tatang.. dan mengabarkan gempa dahsyat telah menghancurkan kampungnnya.. dan mungkin Jogja. meminta segera menyiapkan bantuan terutama medis. Tatang, kawanku memperkirakan jumlah korban lebih dari 2000 orang hanya untuk bantul. dia telah berkeliling ke beberapa tempat di seputaran bantul dan kota jogja dan banyak bangunan runtuh. Kejadian pada pagi hari dapat dipastikan menimbulkan banyak korban, terutama diperkotaan. karena warga umumnya masih tidur atau tidur kembali. apalagi hari sabtu merupakan hari libur.

Aku sangat cemas.. namun tetap berusaha untuk tenang. sialnya.. pulsa hp ku juga sekarat. batre pun ikut sekarat. sampe akhirnya istriku menghubungiku..
terjadi gempa.. dan rumah retak-retak. kondisinya parah dan gak mungkin bisa dipake. tapi semua anak2 selamat. hanya anakku yang besar sedikit luka dan memar tertimpa batu bata yang jatuh dari atas rumah. demikian juga istriku yang tertimpa batu bata dan kaki terluka akibat panik melindungi anak kami yang paling kecil yang masih tidur.

Ooooh Tuhan.. kenapa amuk alam begitu suka mampir ke negeri ini. belum hilang ingatan kita atas bencana gempa dan tsunami, disusul aceh tenggara, jember, banjarnegara serta padang dengan banjir bandang dan longsor. Trenggalek yang tenggelam akibat banjir. demikian juga Sumbawa yang menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Negeri ini memang rawan bencana... 83 % kawasan kita rawan bencana. dan jika di overlay dengan kerentanan penduduknya.. maka bisa mencapai 98 %. artinya.. negeri ini memang harus merelakan penduduknya menjadi korban dari kejadian alam yang menjadi bencana.
Tidak sedikitpun pemerintah negeri ini belajar dari kejadian yang ada. Jika mereka mengatak sudah.. itu BOHONG belaka. BOHONG BESARRRRR....
mereduksi risiko dan dampak ancaman bencana tidak akan selesai dengan tersusunnya RUU penanggulangan bencana yang tidak selesai2. tidak akan selesai dengan rapat seperti yang dilakukan BAPPENAS, LIPI dan banyak NGO's. apalagi hanya sekedar ucapan kosong sang presiden dan wakil presiden, para menteri atau gubernur dan bupati. TIDAK PERNAH ADA KESIAPSIAGAAN, apalagi MITIGASI. TIDAK SATUPUN KEBIJAKAN YANG MENGARAH UNTUK MELINDUNGI DAN MENYELAMATKAN WARGA NEGARA DARI ANCAMAN BENCANA.
padahal... sangat jelas janji negeri ini saat memprokmirkan kemerdekaannya. sangat gamblang.. bahwa akan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah.... itu termuat dalam pembukaan UUD 45. Janji pelaksana jalannya negari ini.. PEMERINTAH. untuk itulah.. 220 juta rakyat merelakan mereka mendapatkan gaji dan segenap fasilitas.

Tapi... mereka ternyata melalaikan tugas yang paling hakiki. tugas paling utama, baik sebagai pemerintah maupun sebagai manusia yang mempunyai kewenangan, kesempatan dan MANDAT. mereka, para pesuruh rakyat lebih suka makan pagar tuannya..
menangani bencana hanya dicukupkan dengan menunjungi warga yang menjadi korban bencana. cuap-cuap tanpa makna meminta para warga yang menjadi korban akibat ketidak becusan pemegang mandat untuk sabar, tawakal dan menerima cobaan..
Huuuhhh... enak sekaleee....
tidak cukup bapak2 yang tidak terhormat.. yang dibutuhkan seluruh warga negeri ini adalah jaminan atas keselamatan dan perlindungan dari ancaman bencana, baik yang bersumber dari alam atau akibat manusia atau keduanya. buatlah kebijakan yang untuk itu dan dijalankan secara benar. kebijakan tidak akan mempunyai arti apa2 tanpa dilaksanakan. Hukum mereka yang telah lalai menjalankan tugasnya.. termasuk para peneliti dari akademisi yang tidak menyebarkan apa yang mereka ketahui kepada rakyat yang rentan dikawasan rawan bencana.

Akhkhkh..... memang negeri ini negeri gila.. para penjahat, para penghianat atau orang2 yang lalai dan bersalah justru dijadikan pahlawan. kebijakan tanpa dasar seperti bantuan 30 juta untuk warga masyarakat yang rumahnya roboh.. para akademisi yang berpidato dan bercuap-cuap manis dalam seminar dan diskusi tentang temuan2 atau prediksinya atas bencana yang terjadi, atau perusahaan perusak lingkungan dan pelanggar HAM yang memberikan bantuan berupa mie instan dan beras... SEMUA JADI PAHLAWAN.. PAHLAWAN KEMANUSIAAN...

30 juta.. bisa membangun rumah seperti apa? apalagi daerah tersebut telah terbukti rawan bencana. paling tidak, rumah yang akan dibangun kembali harus tahan gempa. Lah.. justru mereka yang rumahnya ambruk, selain mereka tidak memahami atau tidak tahu kalau daerahnya rawan bencana (gak ada juga yang kasih tahu...) kebanyakan adalah meraka yang miskin sehingga tidak mampu membangun rumah yang kuat. 30 juta untuk membangun rumah dari mana perhitungannya???? padahal... komunitas korban.. tidak lagi mempunyai aset lain untuk mendapatkan tambahan..
apakah meraka akan kembali dikorbankan untuk ancaman bencana yang masih mengintai????
kalau dilihat dari kesalahan.. justru kesalahan terbesar ada pada pemerintahan sendiri. tidak memberikan informasi tentang kawasannya rawan bencana, tidak memberi pemahanan dan peningkatan kapasitas, atau bahkan tidak menyiapkan cadangan anggaran untuk kebutuhan emergency.

Jika dilihat dari jumlah homeless yang mencapai angka 500 ribu (setara dengan aceh dan nias), paling tidak dibutuhkan anggaran 4,5 trilyun. akan membengkak jika ditambah dengan infrastuktur dan bangunan pemerintah yang ikut hancur dan pusat-pusat pelayanan publik. Anggaran pemerintah sendiri hanya 1 trilyun untuk seluruh Indonesia yang diperuntukan bagi bencana alam. itu pun dengan mekanisme yang berbelit. salah satu contoh riil adalah bencana banjir bandang bahorok yang telah lebih dari 2 tahun. dana 50 milyar untuk rekonstruksi baru 50 % dicairkan. sisanya entah kapan.. dan pengungisi sampai saat ini masih tinggal dibarak yang tidak layak. demikian juga dengan masyarakat di pacet, nabire dan banyak daerah lain..
tentang kebutuhan yang besar untuk rekonstruksi.. kekurangannya akan dipenuhi melalui hutang luar negeri. saat ini pemerintah telah mengajukan utang baru melalui CGI.
BANGSAT BETULLLLLL.....!!!!! BANGSAT SE-BANGSAT BANGSATNYA..
berkaca dari pengalaman Aceh.. dari pinjaman yang diajukan, menurut catatan KAU (Koalisi Anti Utang), sampai semptember 2005, tidak sesen pun bisa dicairkan. sampai desember baru 10 % dari total utang yang diajukan. Namun, negeri ini telah harus membayar komitmen fee sebesar Rp. 18 milyar dan bunganya.
Kemana kah otak para pejabat negeri ini. menjual bencana untuk hutang.. hutang yang tidak bisa diakses oleh publik.. tapi justru membebani negara dan rakyat.

yang perlu dicermati adalah dampak lingkungan untuk proses pembangunan kembali paska bencana. kebutuhan kayu telah ditaksir lebih dari 1 juta M3. belum galian c berupa batu dan pasir, kebutuhan semen dll. berkaca dari kasus aceh.. alasan untuk memenuhi kebutuhan kayu adalah dengan mengaktifkan 5 HPH dari 11 HPH yang masih memiliki izin. padahal.. telah cukup tersedia kayu-kayu sitaan, rampasan dan temuan lebih dari 2 juta M3.

lalu... Bencana sesungguhnya untuk negeri ini adalah apa????????
Perlukan rakyat dipersenjatai dan membuat hukum sendiri dan memutuskan hukuman bagi penghianat negeri ini????