PAK OGAH DAN KREATIFITAS SURVIVOR

0 comments
Sumedang - Garut - Tasik, perjalanan yang cukup melelahkan juga. Tapi, lebih melelahkan ketika melihat fenomena yang mungkin sudah biasa. Ya, tidak kurang dari 15 titik kita akan bertemu Pak Ogah. Inget film Unyil kan sekarang lagi diputer lagi di stasiun TransTV. Film anak2 yang dulu sangat populer di tahun 80-an. Pak Ogah yang selalu minta "cepe", setiap diminta jasanya.

Fenomena Pak Ogah tiba2 mencuat ketika muncul fenomena pemuda yang mencoba bergaya polisi mengatur lalu lintas. Imbalan "cepe" dari sang sopir lah yang menyebabkan jasa menyebrangkan kendaran dari jalan atau gank oleh segerombolan pemuda dilekatkan dengan pak ogah. Awalnya hanya diperkotaan, dengan padatnya kendaraan bermotor. Namun, tiba2 di pedesaan pun fenomena pak ogah pun ada, khususnya di jalan raya.

Gaya pengaturan lalu lintas yang seharusnya menjadi tugas Polisi Lalu Lintas dan Instansi Perhubungan pun semakin berkembang. tidak lagi hanya per-empat-an jalan dijadikan daerah operasi, tapi juga ditikungan tajam, tanjakan curam, jalan rusak atau longsoran. Bahkan dijalanan sepi yang dianggap angker, kerap pula dijadikan operasi pak ogah.

Sungguh memprihatinkan. sedemikian sulitkan mata pencaharian didapat di Negeri yang konon makmur. Subur dan kaya raya. Sehingga group legendaris Koes Plus pun menorehkan tintanya dan merangkai nada : "Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. tiada badai tiada topan kutemui. Ikan dan Udang menghampiri dirimu". Negeri yang dikenal juga sebagai zambrud katulistiwa. Tapi mengapa fenomena pak ogah begitu merata. tidak hanya pemuda, tapi juga anak2 kecil dan orang tua. mengharap keridoan pengguna jalan melemparkan uang logam.

begitu parahkah pengangguran kita, atau memang jiwa pengemis bangsa ini telah sangat parah? Apakah tanah negeri ini tidak lagi dapat menghasilkan sesuatu untuk menghidupi secara layak. sehingga, mengemis menjadi pilihan untuk menambah pendapatan? tidak hanya pak ogah, anak2 jalanan pun semakin banyak. Pengemis-pengemis dengan beragam gaya pun hadir menghiasi kehidupan.

Tidak ada kah mata pencaharian yang layak buat anak2 negeri ini. Tidak cukupkah ruang-ruang untuk berusaha. Atau, memang anak negeri ini pemalas. lebih suka meminta2 untuk bisa mendapatkan sesuatu. Seperti para pemimpin negeri ini yang lebih banyak meminta dari pada memberi. Kalaupun dalam sumpah jabatannya.. akan mengabdikan jiwa dan raga untuk bangsa ini.. puiiiihhhhh....