perempuan perkasa itu....

0 comments
"yan... pun (sudah) sholat???, jangan menunda waktu sholat, awal waktu!!!" kata mengingatkan dari sang perempuan paling perkasa itu masih terngiang lekat di otakku. terpatri kuat dan permanen menembus alam dunia fana ini. dia sang perempuan paling mulia... yang tak pernah lelah mengingatkan semua anak-anaknya untuk tetap menjalankan perintah-Nya.

Kata2 itu begitu lekat.. namun kerap kuabaikan... entah karena kesibukan mengerjakan sesuatu, atau hanya karena malas beranjak.. Kata-kata itu kembali datang.. menghantam pikiran bak palu godam.. sholat, ngaji, dan jaga persaudaraan.. adalah tiga kata yang kerap diulang-ulang...

Kalau bisa, mengajarlah... ajarkan ilmu kepada orang lain yang membutuhkan.. mengajar ngaji, atau apapun.. adalah pekerjaan paling mulia..

Tiga puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 1977, sang perempuan perkasa itu harus menghadapi kenyataan.. mengemban amanat membesarkan anak-anaknya dan...... memastikan semuanya sekolah. SEORANG DIRI. Sang suami tercinta, harus meninggalkan beliau mengarungi kehidupan dunia fana... menemui Sang Khaliq

enam anak, yang semuanya masih menempuh pendidikan bukan lah beban yang ringan. dua orang telah memasuki perguruan tinggi di Jogjakarta, dan 4 sisanya masih duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama..

Entah... apa yang ada dibenak sang perempuan perkasa itu.. untuk menjaga tekad, membawa amanah.. Ilmu adalah bekal yang terbaik untuk kehidupan, mungkin itu yang menjadi dopping dalam menjaga semangatnya tetap menyala. rupiah demi rupiah dikumpulkan.. untuk anaknya agar terus bisa tetap sekolah.

Tahun demi tahun.... berganti. Sampai amanah tersebut terlaksana sempurna. Enam anak2nya pun dapat menyelesaikan sekolah. Sarjana... dan 4 diantaranya dpt meraih master dan bersiap memasuki doktor. Tak terbayang... bagamiana system pengelolaan kehidupan dilakukan dengan sempurna.. hanya seorang diri.

sang perempuan perkasa itu... tak berdaya menghadapi usia..
namun, tugas berat menjalani kehidupan.. mengantarkan putra - putrinya memasuki gerbang kehidupan real telah sempurna dilakukan. sangat sempurna...

Senyum bangga.. tak pernah pudar. senyuman itu pun abadi sampai sang perempuan perkasa itu menghembuskan nafas terakhirnya.... Kamis, 29 Januari 2009 pukul 16.00 wib. Tak putus menyebutkan Asma Allah... tak putus menjalankan ibadah... tak putus tetap mengingatkan anak2nya... saudara2nya untuk teguh menjalankan perintah Tuhan...

Jogjakarta, 5 Februari 2009


dari sang anak