BERHENTILAH SEBELUM GELAP

Mengingat masa lalu, tepatnya diakhir tahun 80-an sampai awal 90-an, aku selalu melakukan pendakian pada malam hari. Alasannya simple saja waktu itu, biar gak berasa cape. Selain faktor keterbatasan logistik. Zaman itu, ya masanya susah. Kiriman dari ortu sangat terbatas, sekali naik gunung jika ngikut standard bisa puasa sebulan. apalagi kalau naiknya yang jauh2, wah.. bisa berbulan2 survival di kampus.

Merapi lewat jalur selatan adalah favorite untuk menuntaskan hasrat mendaki. Dari Kampus IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, tingga jalan kaki sekitar satu kilo (perempatan Jl. Solo - Gejayan) untuk bisa naik bus BAKER jurusan Kaliurang. Bus terakhir jam 16.00 wib dengan ongkos Rp. 500,- Sesampe Terminal Kaliurang, kami akan menuggu sampai post penjagaan wisata tutup biar gratis. Selanjutnya berjalan kaki menuju Dusun Kinahrejo yang berjarak kurang lebih 3 Km atau Bebeng.

Sesampai Kinahrejo, kita bisa bebas memilih rumah penduduk atau warung yang buka 24 jam. Bisa santai, ngobrol ngalor ngidul menunggu waktunya untuk mulai mendaki. Umumnya saat itu, jam 22, sudah mulai ada yang mulai jalan. Aku sendiri selalu naik sekitar jam 00 atau jam 1.00 wib. Jam segitu, sudah sepi, tinggal beberapa orang saja yang baru mulai mendaki pada jam segitu. Sehingga kita bisa berjalan lebih cepat tanpa harus antri pada beberapa jalur sempit setelah post rudal (post dua). Disebut rudal karena disana ada monumen rudal. di post ini juga ritual labuhan Merapi dilakukan.

Mendaki malam, apalagi dengan rombongan kecil atau bahkan solo, memang terasa lebih cepat. Selain istirahat hanya sekedarnya, jalanan menjak yang membuat mental down tidak begitu terlihat jelas. Udara dingin memaksa kita untuk terus bergerak. cuaca dingin juga menyebabkan kita tidak tidak terlalu merasa haus sehingga menghemat air. dan yang terpenting yang dipikirkan untuk mendaki Merapi saat itu adalah, sesampe pawon semar -  asap belerang tidak begitu pekat dan bau. sangat berbeda jika kita sesampai kepulan asap belerang itu pada siang hari. selain pasiran pada batas vegetasi juga masih padat, sehingga lebih mudah untuk dilewati.

Berbagai pertimbangan itu di atas, akhirnya melupakan sisi lain yang jauh lebih penting dalam pendakian,  KESEHATAN dan KEAMANAN itu sendiri.

Kesehatan itu..

Manusia didisain sebagai mahluk yang aktif pada siang hari. Malam hari adalah masa untuk mengistirahatkan tubuh. Cukup banyak hasil riset menunjukan implikasi manusia yang tidak menggunakan waktu istirahat pada malam hari terhadap organ-organ tubuh. Jangankan tubuh dipaksa untuk bekerja, sekedar tidak tidur saja akan berpengaruh besar.  

Beberapa penelitian menyebutkan secara general sebagai dampak orang tidak tidur malam, seperti meningkatkan risiko diabetes, obesitas, hypertensi, kangker dan jantung. ada juga yang menyajikan lebih rinci bahkan detil. Akibat terganggunya jam bioligis tubuh menyebabkan kekacauan. kurang tidur akan menyebabkan gangguan pada fungsi hati. gangguan ini dapat memicu kangker hati atau hepatitis C.

Beberapa refrensi menyebutkan ritme tubuh sesuai dengan jam adalah:
  • Pukul 21.00-23.00: terjadi pembuangan zat beracun di bagian kelenjar getah bening. Oleh karenanya, pada waktu tersebut haruslah dilewati dengan keadaan yang rileks. Apabila di waktu itu seorang  masih melakukan aktivitas yang berat maka akan mengganggu kesehatannya. Itulah salah satu alasan bahaya begadang bagi tubuh kita.
  • Pukul 00.00-04.00: sumsung tulang belakang menghasilkan darah. Proses ini berlangsung dalam keadaan tidur.
  • Pukul 01.00-03.00: terjadi pengeluaran zat beracun di bagian empedu. Proses ini berlangsung dalam keadaan tidur. Untuk itu jangan begadang karena akan menghancurkan organ tubuh ini.
  • Pukul 03.00-05.00: pembersihan di bagian paru-paru. Proses ini akan mengakibatkan batuk yang cukup hebat karena de-toxin sudah mencapai saluran pernafasan. Sehingga batuk ini tidak perlu diobati agar tidak mengganggu proses de-toxin.
  • Pukul 05.00-07.00: proses de-toxin di bagian usus besar. Sehingga buang air diperlukan pada waktu itu.
  • Pukul 07.00-09.00: terjadi proses penyerapan nutrisi makanan di bagian usus kecil. Sehingga diperlukan makan pagi untuk melindungi kesehatan kita.

 Nah, dari informasi ini kita bisa melihat jika melakukan pendakian pada malam hari?

Faktor Keamanan

Sukses berpetualang di alam bebas adalah kembali dengan selamat sampai rumah dan kembali dapat melakukan aktifitas dengan produktifitas yang meningkat. Mencapai puncak sekalipun itu menjadi target dalam pendakian, harus dikesampingkan jika dapat membahayakan keselamatan, apalagi sampai mengancam jiwa. Gunung dan puncaknya akan tetap dengan setia di tempatnya. sekalipun faktor penyerta, tentu akan mempengaruhi kesempatan kita untuk bisa kembali menjajakinya. tapi itu dapat diusahan. Berbeda jika jiwa melayang atau kemampuan kita menurun akibat kecelakaan.

Mendaki pada malam hari memiliki risiko lebih besar dibandingkan pagi - sore hari. Risiko bisa karena faktor cuaca, faktor cahaya, kondisi tubuh atau beberapa satwa nokturnal yang bisa berbahaya. Beberapa faktor bisa saja diatasi dengan perlengkapan yang memadai. Faktor cuaca, bisa diatasi dengan pakaian hangat, gelap dengan menyiapkan alat penerang yang saat ini sudah sangat canggih. demikian juga satwa yang mungkin berbahaya dengan bergerak secara berombongan. tapi terkait kondisi tubuh yang menuntut untuk beristirahat, tidak bisa. Kondisi tubuh ini pada akhirnya berpengaruh terhadap mental dan fisik. Menurunnya kewaspadaan akibat daya tahan tubuh menurun sangat membahayakan, apalagi pada medan yang sulit dengan suasana yang gelap.

Akan ada pembenar dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Ini juga aku alami kok saat masih mendaki malam. "kan gak setiap hari kita begadang, cuma sekali2 aja. jadi gak pengaruh amat lah sama kesehatan", "sampe sekarang kita sehat dan baik2 aja kok kalau pun selalu naik malam", "alah.. ribet amat, badan-badan kita, "ngapain repot sih ngurus orang lain, urus aja dirimu sendiri", "kalau persiapan sudah dilakukan dengan baik, mau naik malam atau siang hari, sama aja kok", dan akan ada banyak argumen pastinya. Tapi yang namanya merasa atau sok  benar, bukan benar beneran bukan?

akhirnya, semua itu akan kembali ke masing-masing juga. Berbagai pertimbangan pada akhirnya akan membuat kita membuat keputusan itu. Membuat keputusan dengan memahami risiko tentu akan sangat baik, karena kita akan juga mempersiapkan berbagai upaya menekan risiko yang mungkin terjadi. 

Namun dari itu semua ada hal yang pasti: 

Gunung itu bukan tempat sampah. Bawa kembali sampahmu kawan......  


0 Response to "BERHENTILAH SEBELUM GELAP"