catatan perjanan III - thanks KAPPALA foundation

he.. he.. jadi malu nih. kemaren udah pengen nulis tentang sambungan perjalan idupku.. eh malah nyasar ke topik lain. ya, aku gak bisa ngeboong kejengkelan sama si bush sialan itu... bush yang aku definisikan sudah menciptakan bencana baru dengan kedatangannya di Indonesia.

Aku memang menikmati hidup ini... dari sini aja aku mulainya ya...
ya, betul, aku sangat menikmati hidupku di dunia organisasi non pemerintah. tapi kita tahu sendiri kan... ya pasti dirasakan kawan aktifis di daerah2 miskin donor. (ketergantungan Ornop sangat tinggi atas lembaga donor). kita gak mungkin bisa mengandalkan kerja di ornop sebagai pegangan hidup. apalagi Ornop kecil merengil kaya KAPPALA saat itu. tapi, itu betul2 disadari oleh semua aktifis yang ada di sana. buat yang masih kuliah, ya.. tetep ngandelin kiriman ortunya. sama dengan aku...
Di KAPPALA, kita semua betul2 belajar sambil berbuat yang mungkin bisa membantu menjalankan berbagai aktifitas bersama masyarakat. Belajar... ya betul, kita semua masih dalam proses belajar... belajar yang tidak akan pernah kami anggap selesai sampai kapanpun.

Aku mulai belajar membuat tulisan. menuangkan apa yang ada dikepala dalam bentuk tulisan. mulai juga belajar motret dengan standard2 jurnalistik, belajar juga membuat perencanaan kegiatan sekaligus menjalankannya. Komputer 486 DX sebagai satu2nya aset paling berharga kita tidak pernah berhenti bekerja. kami dengan sabar bergantian menggunakannya untuk banyak hal. Kami mulai berkumpul dan bekerja pada malam hari dan berhenti ketika azan shubuh bergema. begitu terus...
Ya, itu lah saat awal aku punya aktifitas diluar dunia pencinta alam yang ku geluti selama ini, Oktober 1994.
Diskusi2 yang muncul tidak lagi melulu gunung2 yang tinggi dengan variasi medannya, goa vertikal yang menjorok di perut bumi atau arus sungai yang liar. tapi mulai beralih pada masyarakatnya yang tinggal diseputar tempat para pencinta alam beraktifias. Ini sama persis yang aku alami tanpa mengerti substansinya ketika Merapi mengirimkan awan panasnya ke dusun Turgo.
saat itu, sebagai pasukan berani mati yang gagah berani, tanpa dikomando pun kita akan langsung bergerak. SAR.. itu aja yang terlintas dibenak hampir semua kawan2 pencinta alam saat itu. Mencari dan menolong.. tapi ini awan panas men... sasaran yang akan di tolong adalah manusia yang terpanggang uap panas 300 derajat celcius. Apa yang bisa dilakukan? operasi yang biasa dilakukan adalah nyari orang ilang di gunung. saat itu sungguh tidak terpikir.. yang penting jalan aja dulu..
sampe pertigaan jalan yang menuju Turgo, sepasukan pasukan pun telah berjaga dengan satu perintah. melarang siapapun untuk masuk.. titik!!!

Kita gak bisa berbuat apa2. akhirnya bergerombolah sang pencinta alam ini dipertigaan jalan tanpa tahu apa yang bisa dilakukan. yang udah merasa bosen nongkrong, pulang ke jogja. beberapa sukarelawan dengan seragam jelas, bisa masuk sampe ke tempat pengungsian. mereka masak di dapur umum, menyediakan air bersih, mendistribusikan bantuan dll. sementara, warga desa yang mengungsi terlihat kuyu dan tidak bersemangat. selain pikirannya banyak tertuju pada keluarganya di rumah sakit, juga bingung dengan aset-asetnya yang ditinggalkan.

Jujur, saat itu aku dan segerombolan pencinta alam yang datang ke pengungsian gak tahu, apa kira2 yang bisa kita lakukan. mau ikut masak, gengsi dong.. masak pencinta alam masak... sama dong dengan KSR, PMI, Pramuka dan Menwa. sungguh ego itu masih begitu kuat melekat di otak kita. olok2 pun sering terlontar diantara senda gurau kami. Mau nyari korban yang mungkin belum terevakuasi, dilarang sama aparat... soooooo....

Diskusi2 ku di KAPPALA mulai nyambung dengan peristiwa demi peristiwa yang dulu aku gak paham. Seharusnya, kita bisa berbuat lebih banyak di pengungsian dari pada cuma sekedar nongkrong dan mengolok2 orang yang dengan tulus membantu warga yang mengungsi. Tapi lewat diskusi itu pula, aku menjadi paham... seharusnya yang masak itu warga sendiri. karena mereka masih punya kemampuan untuk itu. kita cukup memfasilitasi kebutuhan yang mereka gak bisa penuhi. bersama2 warga membuat mekanisme selama dipengungsian, juga memikirkan aset2 yang ditinggalkan.

Banyaknya warga yang "mbolos" dari pengungsian pulang ke kampungnya menunjukan bahwa, ada kebutuhan lain yang tidak terpenuhi dalam penanganan bencana tersebut. Ya, warga harus mengurus ternaknya yang ditinggalkan di dusun. harus mengamankan aset2 lain di rumahnya. atau juga mengelola ladangnya yang siap panen. Larangan tanpa ada kejelasan siapa yang menjamin terjaganya aset2 mereka menjadikan mereka resah.

Tidur dalam satu ruang besar, aula pertemuan, sekolah atau tenda besar jelas sangat tidak nyaman. Orang tua bercampur dengan anak2 dan balita. Laki2 berbaur dengan perempuan. sanitasi pun sangat tidak berimbang dengan jumlah warga yang mengungsi. semua itu betul2 menjadi pencerahan buat ku, bagaimana pengelolaan bencana harus dilakukan. salahnya menangani bencana, akan menciptakan bencana baru bagi warga yang baru saja terkena bencana....

Mitigasi untuk awan panas merapi adalah program pertama ku di KAPPALA. program yang keren tentunya.. jujur juga, saat itu aku masih belum tahu substansi dari program. yang ku tahu hanya bagaimana masyarakat lereng selatan Merapi mempunyai kemampuan untuk meredam risiko bencana awan panas. kegiatan yang dilakukan adalah ngobrol2 sama warga.
Ya.. cuma ngobrol2 aja. ikut ke kebun, ikut nambang pasir, ke dapur dan ikut masak atau bertamu. beberapa pertanyaan telah disiapkan. tapi pertanyaan tersebut tidak boleh ditanyakan seperti layaknya wartawan. pertanyaan harus dikemas menjadi sebuah obrolan ringan...
itu adalah pelajaran awal tentang PRA. saat itu, aku sih cuma tahu kepanjangannya doang yang pake bahasa inggris. participatory rural appraisal. alat2 yang digunakan untuk menggali informasi, berdiskusi dan mendapatkan berbagai solusi terus kami praktekan. masih sangat kaku. peta sumberdaya, transek, diagram ven, alur sejarah desa dll. dijalankan tanpa variasi. ya... namanya juga amatir, he.. he...

3 bulan kami bersama warga kaliadem berdiskusi tentang ancaman bencana disana. karena pola yang dibangun dengan pendekatan persaudaraan, kami pun kerap mendiskusikan topik lain. seperti tanaman kopi, ternak sapi, tambang pasir dll. tidak ada batasan, kami harus siap berdiskusi dan bersama2 mencari jalan keluar. mencari dukungan dari luar untuk itu.
tanpa terasa, program telah berakhir. Namun, kami tidak pernah merasa program tersebut telah berakhir. kami tetap saling kunjung, melanjutkan diskusi dan berkegiatan bersama2.

aku sih asyik2 aja menjalankan kegiatan tersebut. aku seneng.. ya aku lakuin. itu prinsipku dalam menjalankan hidup ini. ya.. hidup ini tidak hanya untuk dipikirkan, tapi untuk dijalani. jalan ke ploksok2 adalah kesenenganku. aku masih belum begitu memikirkan kalau kegiatan tersebut berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. ego ku masih dominan, yang penting seneng.

Setelah Merapi secara programming selesai, aku kembali terlibat dalam riset kelayakan kawasan Tuban untuk pabrik semen.
Ini pelajaran selanjutnya untuk menggunakan akal dan pikiran yang ada di kepala ku. MTG, sebagai presidium KAPPALA tidak terlalu banyak ngomong. dia hanya berdiskusi singkat tentang kebutuhan ke lapangan. Aku pun sebagai orang yang asal seneng, yang penting jalan. Kepergianku pertama di Tuban amat sangat membekas. aku saat itu jalan bareng Uwi (almarhum; semoga ini menjadi bagian amal beliau di sisi Tuhan, amiiin).
sebagai prajurit yang baik hati dan tidak sombong tapi tidak rajin menabung, aku merasa cukup menjalankan perintah juragan. jadi yang dicari adalah pernyataan2 global dari komandan saja.

setelah lima hari di sana, kami pun kembali. eeee.... kami habis diketawain sama sang komandan karena keluguan kami. mendapatkan data hanya yang bersifat general saja. beberapa masukan pun kami dapat. dan ke esokan harinya, kami harus berangkat lagi ke Tuban. Sama, tidak ada tugas secara spesifik dari sang presidium. Tapi, diskusi kami tentang substansi telah menambah wawasan dan memberikan gambaran lebih terang, apa kira2 yang harus kami cari.
selama perjalanan naek bus, trus angkudes menuju lokasi, aku terus berpikir tentang apa kira2 data yang harus didapat untuk menyelamatkan tuban dari ancaman tambang dan pabrik semen. pikiranku kembali saat aku diporak porandakan otakku saat training di kappala. Saat berkegiatan di Merapi dan serangkaian diskusi di kappala.

Yang terpikir di otakku juga, ini adalah bagian dari test case dari proses yang sedang dijalankan di KAPPALA. ada semangat untuk bisa membuktikan, bahwa... aku bisa melakukan. aku bisa membuktikan bahwa, aku gak cuma bisa turun naek gunung. bisa membuktikan kalau diantara hendonisme yang aku punya, sedikit bisa berbuat untuk lingkungan.
saat pertama ke Tuban, saya sempet mampir ke sebuah goa (lupa namanya) yang merupakan sumber air untuk Tuban. terdapat juga bulus raksasa di sana. paling tidak, dengan sedikit yang bisa aku lakukan bisa berkontribusi terhadap penyelamatan goa dan ekosistemnya...

bersambung lagi ya.....

2 Response to "catatan perjanan III - thanks KAPPALA foundation"

  1. Arief B I Says:

    Salam,.....
    halo bro..secara gak sengaja aku nyasar kesini, begitu tahu ada nama kebesaran "Eyanks" & Kappala, langsung memory berputar ke beberapa tahun yang lalu saat saya masih "mbambung" di jogja. Apalagi setelah membaca artikel anda, disitu tertulis nama "Uwik Alm" yang bagi saya dia adalah sesosok: teman, sahabat, saudara yang selamanya Beliau saya posisikan sebagai Super Hero dalam perjalanan hidup saya,Hingga saya seperti sekarang ini.
    Ok,Saya juga masih sangat mengingat satu moment bersejarah, dimana kita ber 2,dulu pernah melakukan perjalanan ke merapi untuk mengambil gambar kondisi kubah lava,beberapa hari setelah merapi meletus.Pertama dan terakhir utk Mountaineering naik Sedan ke selo. Kapan kita ke merapi lagi? more best moment with Uwik is Nyebur ke Gua Ngerong - Rengel - Tuban.
    Kalau Bro eyanks masih conect dengan rekan-rekan yang dulu di kappala,titip salam dari saya ke: MTG,MRB,Mas jalu,Mas joni& semuanya.
    Go adventure,.....
    I Hope,Always get new spirit & power for your step,forever and more.- (Ciproez)

  2. Anonymous Says:

    Axelrod said Obama's plan would keep with his tax promise but he would not directly answer the question, which concerned a Senate proposal to cap deductions. [url=http://www.mulberryhandbagssale.co.uk]Mulberry Bayswater Bags[/url] He just had his six month hearing test and he passed both ears again. [url=http://www.goosecoatsale.ca]canada goose outerwear[/url] Pamnsolmv
    [url=http://www.pandorajewelryvip.co.uk]pandora bracelet charms[/url] Znpsoawfp [url=http://www.officialcanadagooseparkae.com]canada goose jackets[/url] hvgfptbld