SURAT UNTUK KAMPUNG HALAMAN-mengelola risiko bencana IV

ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya, mengelola risiko bencana. Buah karya Tantang berkutat menuangkan seluruh pikirannya dalam sebuah surat. Surat untuk kampung halamannya tercinta. Surat yang dikirimkan melalui sang Ayah tersayang..


Untuk Ayah dan seluruh saudaraku
di Kampung Dodol

Salam Rindu beriring doa..
Ayah, bagaimana kabar ayah dan keluarga semua. Juga saudara2 yang lain. Aku berharap, semua dalam lindungan Tuhan dan selalu diberikan keselamatan. Amiin..

Ayah, 1,5 tahun yang lalu aku pulang kampung. Aku menyaksikan hutan di selatan dan timur kampung kita sudah mulai habis. Kita semua tahu, siapa saja yang melakukannya. Tidak terkecuali saudara2 kita. Aku tidak seluruhnya menyalahkan mereka karena kita sama2 tahu bagaimana kehidupan mereka yang kurang beruntung. Namun begitu, bukan berarti aku setuju.

Ayah, surat ini tidak hanya untuk ayah. tapi aku tujukan untuk seluruh warga Kampung Dodol. Ini berkaitan juga dengan hutan2 kita di Utara dan selatan juga. Aku cemas.. cemas sekali. Karena kita tahu bersama, dan ayah pun pernah menyampaikan ini ke kita semua. Perusakan hutan akan menciptkan bala. Aku baru paham ayah, apa bala tersebut. Di Jawa, banyak terjadi bencana. Banjir dan longsor maupun banjir bandang. Kalau saya saksikan, kampung-kampung yang terkena bencana mirip dengan kampung kita. Ada sungai yang berhulu di hutan pada pegunungan. Jenis tanahnya pun sama. Rumah banyak berdiri tidak jauh dari sungai. Saat musim hujan, banyak mata air dadakan di atas kampung kita.

Ayah, kata orang2 pintar di Jawa, itu adalah tanda-tanda kalau bencana banjir bandang, atau longsor atau cuma banjir mengancam kampung kita. Kita harus waspada. Kita harus mencegahnya secara bersama-sama sebelum bala itu datang. Bisakah ayah mengajak saudara2 kita semua untuk melihat2 ke daerah hulu kondisi hutan kita.
Oh ya, banjir bandang seperti yang sudah2, terjadi karena tersumbatnya jalur air di atas gunung sehingga membentuk danau. Jika sumbatan itu jebol, maka akan menjadi penyebab banjir bandang. sumbatan dapat berupa pohon2 yang rubuh, tanah, batu2an yang mengumpul di jalur air tersebut. dan jalur air tersebut tidak harus sungai.

Ayah, aku sangat cemas memikirkan itu. ingin sekali aku pulang kampung untuk bersama2 melihat kemungkinan2 itu. Ini masalah keselamatan kita bersama. Saya tidak ingin kejadian yang terjadi di Aceh Tenggara, Bahorok, Pacet, Jember, Sinjai terjadi di kampung kita. Menimbulkan duka, mencerai beraikan keluarga besar kita. Menciptakan kesengsaraan karena harta benda kita musnah oleh bencana. Aku sangat berharap, hutan kita tidak lagi di ganggu.

Aku sangat percaya ayah dan saudara2ku dikampung bisa melakukan itu semua. Oh ya, ayah pun bisa menemui kepala desa atau kecamatan untuk masalah ini. Aku yakin mereka akan mau bersama2 kita mengantisipasi bala yang bisa terjadi kapan pun itu. Mereka pasti bisa mencarikan orang2 pintar untuk bersama2 kita mengantisipasi bala tersebut.

sembah takjim anakmu


Tatang

0 Response to "SURAT UNTUK KAMPUNG HALAMAN-mengelola risiko bencana IV"